Pengertian Penalaran
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang
diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang
sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
PENALARAN Deduktif
PENALARAN Deduktif
Penalaran
Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip atau
sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum.
Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara
deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuju kepada hal-hal yang khusus
atau hal-hal yang lebih rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif tersebut
dapat dimulai dari suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang
kongkrit. Contoh : Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan
adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan
imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif
sebagai prestasi sosial dan penanda status social.
Penalaran
deduktif dikembangkan oleh aristoteles, thales, phytagoras dan para filsuf
Yunani lainnya dari Periode Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya,
menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan
bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena
itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar
ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.
Macam-macam
penalaran deduktif diantaranya :
A. Silogisme
Silogisme
adalah suatu argumen yang bersifat deduktif yang mengandung tiga proporsi
kategori yakni dua premis dan satu kesimpulan. Masing-masing premis itu yakni
premis mayor (premis umum) biasanya disingkat PU dan premis minor (premis
khusus) bisanya disingkat PK.
Kriteria
silogisme sebagai barikut :
Premis
Umum (PU) : Menyatakan bahwa semua anggota golongan tertentu (semua A) memiliki
sifat atau hal tertentu (=B)
Permis
KhusuS (PK) : Menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang itu (=C) adalah golongan
tertentu itu (=A)
Kesimpulan
(K) : Menyatakan bahwa sesuatu atau sesorang itu (=C) memiliki sifat atau hal
tersebut pada B (=B)
Silogisme
ini bagian dari penalaran deduksi. Jika dirumuskan sebagai berikut :
PU
: A = B
PK
: C = A
K
: C = B
Macam –
macam penalaran deduktif :
1. Silogisme
kategorial
2. Silogisme
hipotesis
3. Silogisme
Disyungtif
4. Enmiten
Penjelasan :
1. Silogisme kategorial
Silogisme
Katagorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi
yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan
dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (
premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis
tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh :
Semua
Tanaman membutuhkan air (premis mayor)
……………….M……………..P
Akasia
adalah Tanaman (premis minor)
….S……………………..M
Akasia
membutuhkan air (konklusi)
….S……………..P
(S =
Subjek, P = Predikat, dan M = Middle term)
Hukum-hukum
Silogisme Katagorial
1. Apabila
dalam satu premis partikular, kesimpulan harus parti¬kular juga,
seperti:
Semua yang
halal dimakan menyehatkan
Sebagian
makanan tidak menyehatkan,
Jadi
Sebagian makanan tidak halal dimakan
(Kesimpulan
tidak boleh: Semua makanan tidak halal
dimakan).
2. Apabila
salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga, seperti:
Semua
korupsi tidak disenangi.
Sebagian
pejabat adalah korupsi, jadi
Sebagian
pejabat tidak disenangi.
(Kesimpulan
tidak boleh: Sebagian pejabat disenangi)
A.Dari dua premis yang sama-sama negatit, tidak mendapat
kesimpulan apa pun, karena tidak ada mata rantai ya hubungkan kedua proposisi
premisnya. Kesimpul diambil bila sedikitnya salah satu premisnya positif.
Kesimpulan yang ditarik dari dua premis negatif adalah tidak sah.
Kerbau
bukan bunga mawar.
Kucing
bukan bunga mawar.
…..
(Tidak ada kesimpulan)
Tidak satu pun drama yang baik mudah dipertunjukk Tidak satu
pun drama Shakespeare mudah dipertunju Jadi: Semua drama Shakespeare adalah
baik. (Kesimpulan tidak sah)
B.Paling tidak salah satu dari term penengah haru: (mencakup).
Dari dua premis yang term penengahnya tidak ten menghasilkan kesimpulan yang
salah, seperti:
Semua
ikan berdarah dingin.
Binatang
ini berdarah dingin
Jadi:
Binatang ini adalah ikan.
(Padahal
bisa juga binatang melata)
C.Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term
redikat yang ada pada premisnya. Bila tidak, kesimpulan lenjadi salah, seperti
Kerbau
adalah binatang.
Kambing
bukan kerbau.
Jadi:
Kambing bukan binatang.
(‘Binatang’ pada konklusi merupakan term negatif sedang- kan
pada premis adalah positif)
D.Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis layor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna mda kesimpulan menjadi lain,
seperti:
Bulan
itu bersinar di langit.
Januari
adalah bulan.
Jadi:
Januari bersinar di langit.
…(Bulan pada premis minor adalah nama dari ukuran waktu yang panjangnya 31 hari, sedangkan pada premis mayor
berarti planet yang mengelilingi bumi).
E.Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek,
preidkat, dan term menengah ( middle term ), begitu juga jika terdiri dari dua
atau lebih dari tiga term tidak bisa diturunkan komklsinya.
2. Silogisme
Hipotetis
Silogisme
Hipotetis adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetis,
sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik.
Ada 4
(empat) macam tipe silogisme hipotetis :
1.Silogisme
hipotetis
Yaitu
silogisme yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika
hujan, saya naik becak.
Sekarang
hujan.
Jadi saya
naik becak.
2.Silogisme
hipotetis
Yaitu
silogisme yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila
hujan, bumi akan basah.
Sekarang
bumi telah basah.
Jadi hujan
telah turun.
3.Silogisme
hipotetis
Yaitu
silogisme yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika
politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
kegelisahan
akan timbul.
Politik pemerintahan
tidak dilaksanakan dengan paksa,
Jadi
kegelisahan tidak akan timbul.
4.Silogisme
hipotetis
Yaitu
silogisme yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila
mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak
gelisah.
Jadi
mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum
Silogisme Hipotetis
Mengambil
konklusi dari silogisme hipotetis jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme
kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan ‘kebenaran konklusinya
bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila
antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen .engan B, jadwal hukum
silogisme hipotetis adalah:
1) Bila A
terlaksana maka B juga terlaksana.
2) Bila A
tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3) Bila B
terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Bila B
tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Kebenaran
hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan
3. Silogisme
Disyungtif
Silogisme
Disyungtif adalah silogisme yang premis mayornya keputusan disyungtif sedangkan
premis minornya kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif
yang disebut oleh premis mayor.Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis
mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya.
Silogisme
ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan silogisme
disyungtif dalam arti luas.
A. Silogisme
disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif,
seperti:
la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus, jadi
la bukan tidak lulus.
B. Silogisme
disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan
kontradiktif, seperti:
Hasan di rumah atau di pasar.
Ternyata tidak di rumah.
Jadi di pasar.
Silogisme disyungtif dalam arti
sempit maupun arti luas mempunyai dua tipe yaitu:
1) Premis minornya mengingkari salah
satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui alternatif yang lain, seperti:
la berada di luar atau di dalam.
Ternyata tidak berada di luar.
Jadi ia berada di dalam.
Ia berada di luar atau di dalam.
ternyata tidak berada di dalam.
Jadi ia berada di luar.
2) Premis minor mengakui salah satu
alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain, seperti:
Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di masjid.
Jadi ia tidak berada di sekolah.
Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di sekolah.
Jadi ia tidak berada di masjid.
Hukum-hukum Silogisme Disyungtif
1. Silogisme disyungtif dalam arti
sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya
valid
2. Silogisme disyungtif dalam arti
luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut:
a. Bila premis minor mengakui salah
satu alterna konklusinya sah (benar), seperti:
Budi menjadi guru atau pelaut.
la adalah guru.
Jadi bukan pelaut
Budi menjadi guru atau pelaut.
la adalah pelaut.
Jadi bukan guru
4. ENTIMEN
Merupakan
silogisme yang salah satu proposisinya dihilangkan tetapi proposisi tersebut
dianggap ada dalam pikiran dan dianggap oleh orang lain.Entimen pada dasarnya
adalah silogisme
Contoh :
Premis mayor (MY) : manusia mahluk
rasional
Premis minor (MN) : kucing bukan
manusia
Kesimpulan (K) : kucing tidak
rasional
My : setiap manusia pernah lupa
Mn : mahasiswa adalah manusia
K : mahasiswa pernah lupa
Dapat diuraikan sebagai berikut :
1.Silogisme
merupakan bentuk penalaran deduktif yang formal
2.Proses
penalaran dimulai dari premis mayor melalui premis minor sampai pada kesimpulan
3.Strukturnya
tetap : premis mayor, premis minor, kesimpulan
4.Premis
mayor beisi pernyataan umum
5.Premis
minor berisi pernyataan yang lebih khusus yang merupakan bagian premis mayor
6.Kesimpulan
dalam silogisme selalu lebih khusus daripada premisnya
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar