Dalam pendakian, alangkah baiknya jika kita memperhatikan alam sekitar yang nantinya bisa menjadi tanda dan susah di hilangkan dari ingatan. Misalnya, pohon tinggi yang besar, batu besar satu - satunya di lokasi, aliran sungai atau pohon tumbang. Tanda - tanda alam tersebut nantinya bisa menjadi semacam rambu pemandu menuju jalur semula bila kebetulan kita tersesat.
Bila berada pada suatu ketinggian, tiba - tiba mendengar suara musik, suara azan, suara deru motor, atau melihat cahaya lampu yang seolah - olah jaraknya tidak jauh, apalagi pada malam hari, sebenarnya kondisi seperti itu hanya tipuan pada pendengaran dan penglihatan, ketika kondisi fisik sudah melemah dan mental menurun. Oleh karena itu, timbul keinginan untuk secepatnya menuju kearah datangnya suara atau sinar tadi. Tanpa disadari kita sudah keluar dari jalur yang mengakibatkan terjebak pada situasi medan yang menyesatkan. Jangan coba - coba melakukan jalan pintas atau potong kompas kalau tidak tahu tehniknya, apalagi bila tidak membawa peta dan kompas.
Perjalanan yang menyesatkan bisa juga karena mengikuti aliran sungai. Memang betul aliran sungai dari gunung aka mengalir kedataran rendah, mungkin juga melintasi sebuah perkampungan penduduk. Tapi harus diingat bahwa aliran sungai umumnya memiliki jeram atau air terjun yang dapat menyulitkan bahkan menyesatkan.
Bila kita sudah menyadari telah salah jalur atau tersesat, yang pertama harus kita lakukan adalah jangan panik!! lebih baik berhenti dan istirahat dulu ( minum air, makan sepotong coklat ) Sambil memberi tanda lokasi istirahat dengan tanda yang mencolok / mudah diingat, seperti: mengikat batang / ranting perdu, mematahkan beberapa ranting pohon / perdu, mengikat serumpun alang - alang, dan lakukan pengamatan medan sekitar.
Perjalanan yang menyesatkan bisa juga karena mengikuti aliran sungai. Memang betul aliran sungai dari gunung aka mengalir kedataran rendah, mungkin juga melintasi sebuah perkampungan penduduk. Tapi harus diingat bahwa aliran sungai umumnya memiliki jeram atau air terjun yang dapat menyulitkan bahkan menyesatkan.
Bila kita sudah menyadari telah salah jalur atau tersesat, yang pertama harus kita lakukan adalah jangan panik!! lebih baik berhenti dan istirahat dulu ( minum air, makan sepotong coklat ) Sambil memberi tanda lokasi istirahat dengan tanda yang mencolok / mudah diingat, seperti: mengikat batang / ranting perdu, mematahkan beberapa ranting pohon / perdu, mengikat serumpun alang - alang, dan lakukan pengamatan medan sekitar.
Dari lokasi istirahat yang telah diberi tanda jejak tadi, cobalah berjalan kearah empat penjuru mata angin selama 15 - 20 menit. Bila belum ditemukan jalur resmi pada satu arah mata aingin setelah berjalan 15 - 20 menit, berilah tanda jejak pada lokasi tersebut. Kemudian kembali kelokasi semula yang telah diberi tanda jejak ( lokasi istirahat ). Demikian selanjutnya, pada arah mata angin yang lain bila jalur resmi belum ditemukan. Jarak dan waktu tempuh mencari jalur resmi bisa diperpanjang asalkan tidak lupa memberikan tanda - tanda jejak pada kawasan yang pernah dilewati. Bila tidak cukup waktu atau hari sudah menjelang sore, sebaiknya mulai mendirikan tenda kalau tidak ada dirikanlah shelter alam ( bivak ), jangan memaksakan diri melakukan pencarian jalur resmi dimalam hari, lebih baik digunakan untuk istirahat dan menambah kalori dengan makan dan minum. Baru keesokan harinya bisa dilanjutkan pencarian jalurnya.
Terkadang ada jalur yang tertutup semak belukar, alang - alang, dan pohon tumbang, karena jarang dilewati pendaki. Bila pencarian jalur resmi dilakukan dengan sabar dan tidak panik, percaya diri serta akal sehat, cepat atau lambat akan dapat ditemukan.
Terkadang ada jalur yang tertutup semak belukar, alang - alang, dan pohon tumbang, karena jarang dilewati pendaki. Bila pencarian jalur resmi dilakukan dengan sabar dan tidak panik, percaya diri serta akal sehat, cepat atau lambat akan dapat ditemukan.
Sumber: http://www.belantaraindonesia.org/2011/06/tips-bila-tersesat-dalam-pendakian.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar